Kuliah 8 Tahun, Ya Kali Ga Jadi Bahan Tulisan



Baru dua hari yang lalu gue wisuda setelah menempuh kuliah S1 selama 8 tahun. Gila kali, harusnya di waktu segitu udah bisa dapet dua gelar karena memang masa kuliah S1 itu 4 tahun, namun karena satu dan banyak hal lainnya gue baru selesai di semester ke-16.

Kalau dipikir kayanya sayang kalau pengalaman-pengalaman dan hal-hal semasa kuliah ga gue abadikan dalam bentuk tulisan, karena banyak banget yang terjadi, banyak banget prasangka, dan banyak banget hal-hal “waw” yang dialami. Jadi untuk mengenang kembali masa-masa kuliah gue, gue akan menuliskan beberapa hal disini, dan gue yakin itu pun belum semuanya karena pasti ada banyak hal yang terlupa sama gue. Mari kita mulai.



Turunkan ekspektasi, karena perbedaan kelas regular dengan karyawan hanya waktu kuliahnya saja.

Gue kuliah ikut program kelas karyawan, yang dimana jam kuliahnya disesuaikan dengan karyawan yaitu pada malam hari dan juga ketika akhir pekan, karena umumnya karyawan libur di akhir pekan, padahal nyatanya ada juga beberapa yang masih masuk di hari sabtu.

Hal yang mau gue bahas adalah bahwa memang pada awalnya gue berekspektasi bahwa kelas karyawan itu lebih fleksibel baik dari segi waktu kuliah, tugas-tugas serta hal-hal lain karena gue menganggap bahwa pihak kampus mentolerir beberapa hal yang berhubungan dengan karyawan terutama soal waktu, karena memang kita awalnya sudah memiliki tanggungjawab pada pihak perusahaan tempat kita bekerja. Namun ternyata gue cukup keliru, karena perbedaan dari kelas regular dengan kelas karyawan hanya pada waktu kuliahnya saja, tugas-tugas serta praktikum semuanya sama padatnya dengan kelas regular. Ada kalanya untuk mengurus hal yang berkaitan dengan praktikum gue harus sampai ijin ke pihak perusahaan karena memang harus diurus di hari kerja dan ga bisa diurus di akhir pekan. Begitu juga dari segi prosedur surat-menyurat, dan ini sangat terasa ketika gue mengurus hal-hal yang berkaitan dengan tugas akhir, ada beberapa urusan yang hanya bisa diselesaikan pada hari kerja dan ga bisa dilakukan di akhir pekan, alhasil ya harus ijin kerja lagi. Namun untungnya pihak perusahaan tempat gue bekerja cukup memaklumi jadi setiap gue minta ijin untuk mengurus hal tentang kuliah selalu diijinin oleh pihak perusahaan.

 

Beberapa teman sayangnya ga bisa kuliah sampai selesai

Pada awal masuk kuliah, dalam satu kelas gue cukup banyak mahasiswanya, namun seiring berjalannya waktu ada teman-teman yang harus berhenti kuliah dengan alasan-alasan yang gue ga tau. Berbeda dengan kelas regular yang mungkin dalam satu kelas umurnya ga beda jauh, karena kebanyakan kelas regular diisi oleh orang-orang yang baru lulus SMA atau SMK, kalau kelas karyawan lebih bervariatif. Dalam satu kelas kita bisa bertemu dengan orang-orang yang perbedaan umurnya cukup jauh dan ada juga yang sudah berkeluarga, dan pastinya karena perbedaan usia, perbedaan generasi, maka berbeda juga pola pikirnya. Tapi apakah usia mempengaruhi pola pikir? Ga tau juga sih, tapi setau gue itu sedikit banyak mempengaruhi. Tapi yang terjadi di kelas gue meskipun umurnya bervariasi tapi kebiasaannya ya ga jauh beda dan pembahasan waktu ngumpul juga ga jauh beda.

Hubungan baik antar teman seangkatan memang sangat perlu dijaga, baik selama menjalani kuliah maupun dalam mengurus birokrasi selama perkuliahan. Jadi sebagai contoh katakanlah ada hal yang harus dilakuin di hari kerja sementara kita ga bisa ijin, bisa aja kita minta tolong sama teman yang bisa untuk mengerjakan hal tersebut. Jadi kalau hubungan antar teman seangkatan ga solid bisa bikin repot juga apalagi untuk kelas karyawan.

Dan tentunya gue juga merasakan hal tersebut, ada banyak saat dimana gue butuh bantuan dari teman-teman gue, dan itu sangat terasa ketika udah masuk proses ngerjain skripsi. Banyak hal yang ga bisa gue lakuin sendiri selama proses gue ngerjain skripsi dan akhirnya minta bantuan ke beberapa teman gue, jadi kelulusan gue juga karena jasa-jasa dari mereka.

 

Ada kebanggaan tersendiri karena gue bukan lulusan COVID

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa beberapa tahun belakangan ini dunia dilanda oleh pandemi COVID-19 yang dimana salah satu efek yang dihasilkan adalah semuanya jadi serba online, termasuk proses perkuliahan. Jadi ada masanya ketika gue dan teman-teman yang lain kuliah online via zoom, dan ketika pandemi ga kunjung usai proses lainnya juga menjadi online, seperti sidang skripsi bahkan sampai wisuda juga ikut-ikutan online. Seluruh teman sengkatan gue melakukan sidang skripsi secara online dan kebanyakan dari mereka pun melaksanakan wisuda secara online, baru beberapa waktu setelanya ada 3 teman gue yang wisuda offline. Tinggallah gue jadi yang terakhir lulus di angkatan gue, namun pada masa gue sidang semuanya udah kembali normal, jadi semuanya dilakukan kembali offline mulai dari sidang skripsi sampai wisuda. Jadi ada kebanggaan tersendiri karena gue bisa wisuda dengan cara biasa, walaupun pada saat wisuda gue ngerasa sangat “sepi” karena hanya gue yang tersisa dari Angkatan gue, sisanya semua dari Angkatan di bawah gue.

 

Alasan kenapa butuh waktu lama untuk lulus

Sejujurnya dari awal kuliah memang gue ga berniat untuk lulus tepat waktu, gue mau nambah satu atau dua semester lagi, eh tapi malah kebablasan sampai 8 semester nambahnya.

Sebelum lulus, Ketika ada yang tanya kenapa gue belum lulus padahal masa kuliah udah lama, ada banyak alasan yang biasa gue sebutkan, mulai dari “belum lulus karena pandemi”, atau “belum waktunya”, atau juga “ada factor x yang menghambat”, pernah juga bilang “saya hanya bisa merencanakan, tetapi Allah yang memutuskan kapan saya lulus”, dan lain-lainya.

Tapi untuk jawaban yang sebenarnya adalah, ada masanya gue yang malas, ada masanya gue ga beruntung, ada masanya juga gue salah perhitungan.

Mari coba gue jelaskan satu persatu. Selama proses tugas akhir gue sudah mengerjakan 2 judul yang gagal sebelum akhirnya di judul ketiga baru gue berhasil. Pada pengajuan judul yang pertama gue berhasil dan judul tersebut bisa gue kerjakan sebagai syarat kelulusan, namun permasalahannya adalah judul itu gue dapet dari seorang teman, yang gue sendiri juga sebenarnya kurang paham dengan judul tersebut, namun karena pada saat itu gue ga kepikiran judul lain jadi gue ajukan saja judul tersebut walaupun gue sendiri juga masih ragu. Hasilnya adalah karena gue sendiri juga kurang mengerti dengan judul tersebut dan gue jadi malas ngerjain, akhirnya judul tersebut terbengkalai selama 3 semester sampai gue dimarahin sama dosen pembimbing karena dianggap lalai dalam mengerjakannya, karena memang lalai sih.

Kemudian setelah judul pertama dinyatakan hangus karena terbengkalai selama 3 semester akhirnya gue diharuskan untuk cari judul baru, tapi bego nya gue pada saat itu juga gue masih belum nemu judul untuk tugas akhir gue. Kemudian terpikir oleh gue untuk ambil judul yang ditawarkan dosen, karena pada saat periode tugas akhir ada beberapa dosen yang sedang mengrjakan studi tertentu dan mereka menawarkan judul untuk Kerjasama dengan studi tersebut, maka terlintas di pikiran gue untuk ambil salah satu judul tersebut. Akhirnya setelah konsultasi dengan dosen terkait gue jadi ambil judul tersebut, gue ajak salah satu teman gue yang pada saat itu juga gue pikir judulnya mulai hangus tapi dia ga berminat, jadi akhirnya gue ambil judul tersebut sendirian. Namun ternyata gue salah perhitungan, pemahaman gue tentang judul tersebut ternyata berbeda dengan yang dimaksud dengan dosen terkait, disinilah gue mulai merasa frustasi, karena pada saat ini adalah saat dimana batas waktu kuliah gue tinggal 2 semester, dan selama 2 semester itu gue mengerjakan dan mengusahakan alternatif dari judul tersebut karena dari awal memang gue nya yang salah memahami judul tersebut, namun pada akhirnya gue tetap gagal dan masa kuliah gue sudah habis karena pada saat itu gue ada di semester 14.

Akhirnya gue konsultasi dengan beberapa pihak, mulai dari teman seangkatan hingga alumni, sampai akhirnya gue memutuskan untuk ambil sebuah prosedur (dan ini legal ya) dimana gue masih bisa mendapatkan jatah semester hanya untuk mengerjakan tugas akhir .

Setelah judul yang kedua juga gagal akhirnya gue harus mencari judul baru, kali ini terpikirkan oleh gue bahwa kenapa ga gue cari aja judul yang dekat dengan gue, judul yang gue suka, judul yang gue pun senang ngerjainnya, akhirnya terpikirkanlah judul yang ketiga yang dimana ini berhubungan dengan hal yang gue suka, yaitu kocheng. Jadi disini gue bikin sebuah device untuk ngasih makan kucing secara otomatis gitu.

Pada judul ini gue juga ganti dosen pembimbing dan setelah beberapa waktu ngerjain dan berbagai hal dilewatin akhirnya selesai juga itu judul. Ada sebuah penyesalan kenapa judul itu ga terpikirkan di awal gue mengajukan judul skripsi, tapi yaudah lah ya, namanya juga penyesalan selalu ada di akhir.

Selain alasan yang gue sebut di atas yang mana adalah factor internal, ada juga beberapa faktor eksternal seperti contohnya ada konversi mata kuliah, jadi ada beberapa kondisi dimana satu mata kuliah mengalami koversi jadi mata kuliah tersebut dipecah menjadi dua mata kuliah yang berarti harus gue ambil juga sebagai syarat kelulusan, yang tentunya juga menambah waktu kuliah. Tapi memang faktor utama gue lama lulusnya memag kebanyakan karna factor internal di diri gue aja sih.


Hal yang Dirasakan Setelah Lulus dan sudah Diwisuda

Ini yang cukup menarik yang mau gue bahas. Pertama-tama pastinya gue merasakan kelegaan luar biasa, baik karena selesainya gue dari mikirin semua hal tentang kuliah maupun tugas akhir dan juga karena terbebas dari mikirin bayaran kuliah yang amit-amit mahalnya.

Seperti yang gue bahas di awal, gue ngerjain skripsi kurang lebih selama 7 semester, 3 semester di judul awal yang gue males, 2 semester di judul kedua yang ternyata gue salah persepsi, dan 2 semester di judul terakhir yang akhirnya bisa gue selesaikan. selama skripsi gue belum selesai, selama itu juga gue terbangun di akhir pekan dengan perasaan campur aduk. Iya, campur aduk, mulai dari perasaan bersalah karena bermalas-malasan padahal ada skripsi yang harus gue kerjain, ada perasaan sedih karena melihat teman yang lain sudah lulus, ada perasaan ga enak juga karena orangtua gue semakin lama menunggu gue lulus.

Tapi setelah diwisuda kemarin gue merasakan kelegaan yang luar biasa, gue bisa bangun pagi di akhir pekan tanpa rasa bersalah lagi, gue bisa terusin tidur, atau bisa bangun dan main game lalu tidur lagi. Bebas pokoknya, seperti beban berat udah terangkat dari pundak gue.

Tentunya ada banyak lagi yang gue alami semasa kuliah yang gue udah lupa, tapi secara garis besar itu aja untuk saat ini hal-hal yang mau gue kasih tau. Nulis ini cuma untuk sekadar jejak digital aja sih, karena sayang aja kalau ga dibikin tulisan, wkwkwk.

Tapi yang gue sadari, sebaiknya gue ga berlama-lama leha-leha di akhir pekan, karena meskipun kuliah udah selesai, masih ada hal-hal lain yang harus gue lakuin. Nikah misalnya.


Posting Komentar

0 Komentar