Sendiri itu, ga perlu mikirin
weekend mau kemana, mau nonton apa, mau makan apa. Kita bisa habiskan weekend
di rumah aja dengan baca buku, main sama kucing, atau bahkan tidur seharian.
Sendiri itu, ga perlu mikirin
penampilan, kita bisa berpenampilan semau kita, tanpa perlu diatur oleh pacar. Kita
bisa punya rambut gondrong, pakai cincin sebanyak yang kita mau, pakai gelang,
kalung, ga perlu denger ucapan, “Rambutnya dipotong dong, biar rapi.”, atau, “Itu
cincin dan gelangnya banyak banget, norak tau pake gelang dan cincin sebanyak
itu.”, atau, “Pakai kaos mulu, sekali-kali pakai kemeja dong”, dan juga kita ga
perlu dengar ucapan-ucapan mengatur penampilan lainnya.
Sendiri itu, bisa bebas pergi
kemana aja, entah itu baca buku di ruang publik, keliling toko buku berjam-jam,
atau cuma jalan kaki random tanpa tujuan, atau naik kereta atau bus dengan
tujuan yang spontan.
Sendiri itu, bisa bebas makan apa
aja, ga perlu dengar jawaban “Terserah” dari pacar ketika ditanya mau makan
apa. Kita bisa makan yang kita suka tanpa harus takut ngerasa ga enak kalo
ternyata tempat makan yang kita ajak pacar makan disitu ternyata makanannya ga
enak. Atau kita juga bisa makan yang aneh-aneh.
Pokoknya, sendiri itu kita bisa
ngelakuin apa aja yang kita mau, makan apa aja yang kita mau, dan pergi kemana
aja yang kita mau.
Tapi……
Ada masanya ketika kita ingin
seseorang untuk berbagi.
Ada kalanya kita ingin
mendengarkan ia bercerita hal-hal kecil, baik tentang hobi naik gunung, hobi
fotografi, atau hobi lainnya, atau hal-hal seperti betapa menyebalkan bosnya di
kantor hari ini.
Ada masanya kita ingin meminta
pendapat tujuan selanjutnya, minta pendapat habis ini mau kemana.
Ada masanya kita ingin
menceritakan tentang sesuatu yang kita suka, tanpa perlu dihakimi oleh si lawan
bicara.
Sendiri itu ga buruk, dan bukan
berarti baik juga. Memang setiap hal ada porsinya. Ada waktunya kita memang
harus sendiri, namun ada waktunya kita harus mencari satu orang untuk berbagi.
0 Komentar