“Hey, mereka mengatakan kecepatannya 5 centimeter per detik.”
“Hmm, apa itu?”
“Kecepatan bunga sakura yang gugur, 5 centimeter per detik.”
“Hmm, kau sepertinya tahu banyak, Akari.”
Pertama kali gue tau anime ini adalah tahun 2012, selepas lembur di kantor lalu kemudian gue iseng untuk cari artikel tentang anime dan ternyata anime ini direkomendasikan sebagai salah satu anime yang bisa membuat kita bertepuk tangan setelah menonton, dan ternyata benar. Bukan hanya bertepuk tangan setelah menonton tetapi efek lain dari anime adalah membuat gue mencoba mencari lebih jauh tentang dunia anime, sebuah efek yang lumayan besar dari sebuah film. Tetapi memang seperti itulah efek dari sebuah film, terkadang membawa kita ke hal-hal lain yang lebih menarik.
Kemudian 9 tahun berlalu dan ketika ada perlombaan menulis review yang diadakan oleh bacaterus dan salah satu film yang bisa direview adalah anime ini, maka langsung saja detik itu juga gue memutuskan untuk membuat review tentang anime ini. Maka langsung saja kita simak review-nya.
Sudah bukan rahasia bila jarak merupakan salah satu problema yang bisa menghalangi manusia dalam hal apa saja, termasuk dalam hal percintaan. Seperti halnya dalam film ini dimana jarak lagi-lagi ikut andil dalam keberlangsungan hubungan antara 2 manusia.
Adalah Takaki Tono (pengisi suara : Kenji Mizuhashi) dan Akari Shinohara (pengisi suara : Ayaka Onoue), dua orang yang bertemu semenjak masih sekolah dasar. Mereka yang sama-sama murid pindahan dan lebih
suka menghabiskan waktu di perpustakaan akhirnya semakin dekat, hingga akhirnya keduanya memiliki perasaan suka yang sama. Namun
perjalanan cinta mereka tidak semulus yang dibayangkan ketika mereka harus
terpisah jarak dan waktu, hingga mereka pun harus rela menerima takdir yang
sudah digariskan untuk mereka.
Byosoku 5 centimeter atau 5 centimeters Per Second adalah film drama animasi Jepang tahun 2007 yang disutradari oleh Makoto Sinkai dan dibuat oleh studio CoMix Wave Inc. dan berdurasi 65 menit dengan grafis yang sudah cukup baik pada masanya. Film ini telah memenangkan Lancia Platinum Grand Prize pada Future Film Festival sebagai film terbaik pada animasi atau special effects. Film ini juga memperoleh penghargaan sebagai Best Animated Feature Film pada tahun 2007 oleh Asia Pacific Screen Awards.Film yang mengisahkan tentang sepasang manusia yang saling mencinta namun pada akhirnya karena satu dan lain hal mereka tidak bisa hidup bersama.
Film ini dibuat dalam tiga babak, dan setiap babak memiliki inti ceritanya masing-masing namun tidak menyimpang dan masih sejalan dengan jalan cerita secara keseluruhan.
Babak pertama yang berlatar tempat di Tokyo adalah awal mula konflik terjadi, ketika Akari dan Takaki yang memutuskan untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama yang sama namun kemudian hal itu tidak bisa terwujud dikarenakan pekerjaan orangtuanya yang mengharuskan mereka untuk pindah ke Tochigi, maka mulailah mereka berkirim surat sebagai media hubungan jarak jauh agar mereka tetap terhubung.
Berjalan dengan sudut pandang tokoh baru bernama Kanae Sumida (pengisi suara : Satomi Hanamura) membuat babak kedua berjalan cukup dramatis, didukung dengan latar pedesaan dan pinggir pantai membuat banyak perbedaan dari babak pertama yang berlatar perkotaan. Sumida diam-diam memiliki perasaan terhadap Takaki yang baru diketahui juga telah pindah ke daerah pedesaan yang menyebabkan jarak antara dirinya dengan Akari semakin jauh. Kenyataan bahwa ada seseorang yang diharapkan oleh Takaki yang berada jauh disana pun diketahui oleh Sumida, hingga akhirnya ia harus rela menahan perasaannya terhadap Takaki.
Babak ketiga adalah akhir dimana kedua tokoh utama telah menjadi dewasa dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Takaki telah bekerja di sebuah perusahaan namun digambarkan memiliki kehidupan yang suram, berbeda dengan Akari yang diceritaan telah berbahagia dan merencanakan pernikahannya yang sudah bisa ditebak bahwa calon mempelai prianya bukanlah Takaki. Babak ketiga kembali ke latar perkotaan dan berlangsung cukup singkat namun cukup untuk kita bisa mengambil inti dari cerita dengan dialognya yang tidak bertele-tele.
Kata-kata yang puitis dan pemilihan diksi yang tepat menjadi salah satu penunjang dalam film, dan semua itu bisa kita dapatkan di film ini, karakter dalam film melalui kata-katanya yang melankolis meskipun kenyataannya ia masih di usia sekolah membawa pandangan bahwa bukan hanya orang dewasa yang bisa menciptakan kalimat-kalimat indah nan menyentuh.
Alunan melodi
yang menjadi soundtrack anime ini juga sangat indah, kepiawaian Atsushi
Shirakawa atau yang lebih dikenal dengan nama Tenmon sudah tidak perlu
diragukan lagi, kontribusinya dalam karya-karya Makoto Shinkai semenjak animasinya yang berjudul Kanojo to Kanojo
no Neko (She and Her Cat) seakan menjadi syarat bahwa
setiap film besutan Makoto Shinkai haruslah dikomposeri oleh Tenmon, dan akan
terasa berbeda bila bukan ia yang menjadi komposernya, terbukti dari beberapa
karya sebelumnya seperti Hoshi no Koe
(Voices of A Distant Star), Kumo no Muko, Yakusoku
no Basho (The Place Promised in Our
Early Days), dan juga karya terbarunya yaitu Kimi no Nawa (Your Name) dan Tenki no Ko (Weathering
With You) sangat
menyiratkan kecocokan antara dua tokoh tersebut. Ditambah
lagu terakhir oleh Masayoshi Yamazaki yang berjudul One More Time One More
Chance menjadi penutup yang sangat relevan dengan jalan cerita, karena memang
lagu tersebut adalah lagu tentang perpisahan juga.
Setiap karya tidak akan lepas dari kekurangan begitu juga dengan film ini, di film ini terdapat tokoh yang tidak diperkenalkan dengan baik, seperti tokoh Mizuno yang tidak diketahui siapa dia. Ketika pertama kali menonton mungkin kita tidak akan tahu siapa sebenarnya perempuan tersebut dan apa korelasinya terhadap kedua tokoh utama. Kejelasan tentang Mizuno sendiri baru bisa gue ketahui ketika membaca manganya yang terbit 3 tahun setelah filmnya rilis dan baru gue baca pada tahun 2015. Namun terlepas hal tersebut bisa disebut kekurangan atau tidak, ada beberapa orang yang berpendapat bahwa hal tersebut justru menjadi kelebihan, karena membuat kita sebagai penonton menebak-nebak dan berteori tentang tokoh tersebut.
Kemudian satu lagi kekurangan menurut gue adalah waktunya yang terlalu singkat. Gue merasa masih kurang dengan durasi waktu yang diberikan, karena jika waktu film berdurasi dua jam seperti flm pada umumnya mungkin akan lebih memuaskan hasrat penonton dan menjawab beberapa pertanyaan seperti penjelasan tentang calon suami Akari, penjelasan tentang siapakah Mizuno dan bagaimana dia bertemu dengan Takaki, kemudian apa yang terjadi dengan Sumida, apakah dia akan Move On atau justru ikut terpuruk dan menjalani kehiduan yang suram sebagaimana Takaki terhadap Akari?
Oke baiklah, gue rasa itulah beberapa hal yang bisa gue sampaikan dalam review kali ini. Beberapa kekurangan tersebut adalah murni pendapat gue pribadi, karena kenyataannya banyak orang yang merasa cukup dan menyukai ending yang disajikan. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang gue utarakan ada baiknya jika kalian sendiri yang mencari tau dengan cara menontonnya langsung agar bisa merasakan apa yang gue rasakan ketika menonton film tersebut. Tapi kembali lagi, persepsi setiap orang berbeda-beda, gue pribadi cukup tersentuh dengan tokoh Takaki karena menurut gue apa yang terjadi dengannya cukup menyedihkan, namun jika kalian merasakan yang berbeda, maka ya gapapa juga.
0 Komentar